Refleksi Personal Blog Dilla |
Memaafkan Itu Mulia dan Menyehatkan Posted: 04 Sep 2010 09:22 AM PDT ![]() Banyak ayat-ayat AlQuran maupun hadis yang memuji sikap pemaaf. Bahkan Tuhan sendiri memiliki sifat pemaaf. Secara psikologis, saling memafaatkan itu sehat dan menyehatkan. Yang mendapatkan keuntungan pertama dari sikap memaafkan adalah pihak yang memaafkan, bukan yang dimaafkan. Ketika seseorang memaafkan orang yang dibenci, seketika itu juga beban emosinya berkurang. Berat-ringannya memaafkan orang itu berkaitan dengan besar kecilnya rasa kesal atau dendam kita pada seseorang. Semakin dalam rasa kekesalan, kebencian, dan permusuhan kita pada seseorang maka semakin berat kita untuk memaafkannya. Namun, kalau kita bisa memaafkan, muncul rasa lega dan dada terasa lapang. Bukankah menyimpan rasa benci dan dendam merupakan beban di mana pun kita berada? Rasa benci itu juga bagaikan luka. Dan bila kebencian sudah berubah menjadi dendam yang menuntut balas maka luka iu semakin perih sebelum dendam itu terlaksana. Namun, ketika dendam terlaksana, benarkah luka dan beban berat yang dipikul ke mana-mana tadi akan hilang? Pengalaman sehai-hari akan mengatakan "tidak" dan permusuhan akan meningkat, yang bearti semakin dalam kita menyayat kulit hati yang telah terluka dan perih tadi. "BEGITU KITA MEMAAFKAN SESEORANG MAKA BEBAN BERKURANG, LUKA MEMBAIK. DAN BILA BENCI SERTA DENDAM TELAH HILANG SAMA SEKALI DARI HATI KITA, KEHIDUPAN MENJADI SEHAT DAN RINGAN KITA JALANI" Jadi, bukanlah sesungguhnya memaafkan itu merupakan suatu terapi jitu untuk kesehatan kita sendiri? Begitu kita memaafkan seseorang maka beban berkurang, luka membaik. Dan bila benci serta dendam telah hilang sama sekali dari hati kita, kehidupan menjadi sehat dan ringan kita jalani. Orang yang memelihara kebencian dalam dirinya, sama halny dengan orang yang memelihara penyakit. Dan iu sungguh suatu tindakan bodoh dan konyol. Jadi, kalau ingin sehat, jadilah pribadi pemaaf. Jangan biarkan berlama-lama dendam dan kebencian bersemayam di hati. Jangan segan-segan mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf serta saling memaafkan setiap harinya. Namun, mesti dijalani secara tulus agar hati kita terputihkan. Di Indonesia tradisi maaf-memaafkan secara massal telah dikembangkan dalam acara hari raya lebaran. Yang mudah berkunjung pada saudara ataupun tetangga yang lebih tua. Ini tradisi yang sangat bagus yang mesti dilestarikan dari generasi ke generasi. Pesta lebaran tidak saja peristiwa sosial budaya, namun juga peristiwa spiritual sebagai acara tasyakuran sehabis menunaikan ibadah puasa. Lebaran juga memiliki aspek ekonomis. Bisa jadi banyak pedagang yang tidak berpuasa bahkan lebih banyak mengambil keuntungan ekonomi dari peristiwa lebaran daripada mereka yang berpuasa. Lihat saja betapa ramainya pusat-pusat perbelanjaan pada hari-hari menjelang lebaran. Dari sini sudah terlihat bahwa meskipun berpuasa Ramadhan dikenakan pada umat Islam, namun orang lain juga mendapat rahmat dari ibadah puasa. Mestinya sikap keberagamaan iitu, di luar acara puasa dan lebaran, senantiasa menandatangkan manfaat dan kedamaian bagi orang lain, apa pun agamanya. Ketika orang berpuasa, sesungguhnya juga dilatih dan digembleng untuk menjadi orang yang jujur. Bukankah sikap jujur sangat dibutuhkan oleh profesi apa pun? Jadi, baik puasa maupun lebaran sesungguhnya terkandung pesan dan perbaikan sosial. Antara lain untuk menumbuhkan dan mewujudkan solidaritas sosial sebagaimana diisyaratkan oleh perintah zakat fitrah. Inti dan semangat zakat adalah menutupi jurang perbedaan kelas sehingga menimbulkan kerawanan sosial. Jika tujuan sosial ini tercapai, berarti ibadah seseorang telah berfungsi dalam kehidupan riil sehari-hari. Dalam kaitan itu, kita bisa mengajukan sebuah pertanyaan pada orang-orang kota yang secara ekonomis telah sukses dan mereka pada waktu lebaran pulang mudik adalah mereka membawa berkah atau fitnah pada orang desa? Kalau pulang ternyata malah menimbulkan iri hati dan kecemburuan sosial, berarti Lebaran telah menimbulkan fitnah berupa keresahan psikologi bagi orang-orang kampung. Oleh karena itu, barang kali bagi orang yang pulang kampung, kapan pun waktunya, bertingkahlah bijaksana dan simpatik sehingga peristiwa Lebaran itu benar-benar membawa berkah, menimbulkan keakraban hati antara sesama sanak-famili maupun kawan lama yang sudah sekian bulan atau tahun tidak berjumpa. Dan inilah arti silaturahmi, yaitu silah berarti tali penghubung atau pengikat rahmi berarti kasaih sayang yang tulus. Nah, peristiwa Lebaran mestinya juga merupakan media penghubung dan bertatap muka secara fisik dan sekaligus antara hati sanubari yang dalam dan tulus. "ALANGKAH INDAHNYA KALAU SAJA DALAM LINGKUNGAN KELUARGA DAN PERGAULAN KITA SELALU TERJALIN HUBUNGAN CINTA KASIH YANG TULUS, YANG SATU SELALU SIAP MEMAAFKAN YANG LAIN" Dalam istilah agama, Lebaran disebut Idhul Fitri. Yaitu suatu doa, cita dan harapan, bahwa mereka yang telah selesai menunaikan ibadah puasa, dan kemudian saling memaafkan maka suasana psikologis mereka menjadi bersih, iklas, dan lugas bagaikan bagi. Betapa indahnya perilaku bayi. Apa pun yang dilakukan serba indah dan alami. Orangtua tak akan marah meskipun sang bayi kencing sewaktu dipondong. Mengapa begitu? Salah satu sebabnya adalah hati sang bayi terbebas dari rasa benci. Hatinya tulus dan segala perbuatannya serba lugas. Sementara pihak orangtua pun begitu. Mereka selalu bersikap mencintai dan pemaaf kepada bayinya. Dan ketika bayi semakin besar, kalaupun orangtuanya kadang kala marah, itu bukan karena benci, tetapi karena cintanya yang diwujudkan dalam bentuk marah untuk mendidik anak. Alangkah indahnya kalau saja dalam lingkungan keluarga dan pergaulan kita selalu terjalin hubungan cinta kasih yang tulus, yang satu selalu siap memaafkan yang lain. Pribadi yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh cinta kasih biasanya akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat. Dan memaafkan itu merupakan cerminan kebesaran jiwa seseorang dan sekaligus mendatangkn kebahagian bagi kedua belah pihak. Taqabballallahu Minna Wa Minkum, Minnal Aidzin Wal Faidzin Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H |
You are subscribed to email updates from Dilla Blog To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
0 komentar
Posting Komentar